Selasa, 20 Maret 2012 |
SHUTTERSTOCK
Peretas
JAKARTA, KOMPAS.com - Situs-situs web dan server internet di Indonesia mendapat serangan cyber sebanyak 1,5 juta kali per hari. Kecenderungan serangan tersebut dilakukan oleh para hacker atas dasar iseng semata.
Ketua Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII), Rudy Lumanto menjelaskan peningkatan serangan hacker tersebut dilakukan karena seiring pertumbuhan pengguna internet di tanah air dan luar negeri.
"Hacker tersebut biasanya menyerang situs-situs lembaga pemerintah. Bukan secara khusus menyerang, tapi biasanya mereka cuma iseng," kata Rudy selepas konferensi pers Asia Pacific Computer Emergency Response Team Annual General Meeting 2012 di Kementerian Komunikasi dan Informatika Jakarta, Selasa (20/3/2012).
Rudy mengaku serangan tersebut memang beragam, tidak hanya dari dalam negeri, namun juga berasal dari luar negeri.
Tapi Rudy juga tidak bisa langsung menerka bahwa hacker tersebut berasal dari luar negeri secara murni. Bisa saja, hacker tersebut berasal dari Indonesia tapi memakai alamat Internet Protocol (IP) luar negeri.
Serangan hacker tersebut biasanya menyerang komputer berbasis SQL, DOS, ICNT, dan bahkan bisa berupa virus berbahaya (malware).
"Biasanya kecenderungan serangan hacker meningkat di awal dan akhir tahun. Bahkan serangan itu bisa meningkat dua kali lipat dari hari biasa," tambahnya.
Bidang Hubungan Kerjasama Antarlembaga ID-SIRTII Muhammad Salman menjelaskan serangan hacker tersebut biasanya menyerang aplikasi berbasis database web.
"Tapi serangan berbasis web data base seperti SQL dan semacamnya itu tidak terlalu mengkhawatirkan. Untuk mengatasinya juga tidak sulit," kata Salman.
Untuk mengatasi cyber crime tersebut, ID-SIRTI meminta agar setiap lembaga atau instansi untuk memiliki Computer Emergency Response Team (CERT) atau Computer Security Incident Response Team (C-SIRT).
CSERT maupun C-SIRT tersebut seperti tim IT yang khusus menangani keamanan data sebuah lembaga atau institusi, terutama menjaga dari serangan hacker.
Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Gatot S Dewa Broto menjelaskan serangan hacker setiap tahun mengalami peningkatan secara signifikan. Hal itu memang seiring dari peningkatan pertumbuhan pengguna internet di tanah air dan di luar negeri.
"Di tahun lalu saja, sudah ada rata-rata 1,25 juta kali per hari. Bahkan tahun lalu situs Kominfo juga jebol hingga tiga kali," kata Gatot.
Gatot mengaku serangan hacker tersebut kebanyakan berasal dari alamat IP Amerika Serikat, Rusia, China dan sebagian kecil dari negara-negara di Eropa. Kebanyakan dari hacker tersebut berasal dari perseorangan.
Ketua Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII), Rudy Lumanto menjelaskan peningkatan serangan hacker tersebut dilakukan karena seiring pertumbuhan pengguna internet di tanah air dan luar negeri.
"Hacker tersebut biasanya menyerang situs-situs lembaga pemerintah. Bukan secara khusus menyerang, tapi biasanya mereka cuma iseng," kata Rudy selepas konferensi pers Asia Pacific Computer Emergency Response Team Annual General Meeting 2012 di Kementerian Komunikasi dan Informatika Jakarta, Selasa (20/3/2012).
Rudy mengaku serangan tersebut memang beragam, tidak hanya dari dalam negeri, namun juga berasal dari luar negeri.
Tapi Rudy juga tidak bisa langsung menerka bahwa hacker tersebut berasal dari luar negeri secara murni. Bisa saja, hacker tersebut berasal dari Indonesia tapi memakai alamat Internet Protocol (IP) luar negeri.
Serangan hacker tersebut biasanya menyerang komputer berbasis SQL, DOS, ICNT, dan bahkan bisa berupa virus berbahaya (malware).
"Biasanya kecenderungan serangan hacker meningkat di awal dan akhir tahun. Bahkan serangan itu bisa meningkat dua kali lipat dari hari biasa," tambahnya.
Bidang Hubungan Kerjasama Antarlembaga ID-SIRTII Muhammad Salman menjelaskan serangan hacker tersebut biasanya menyerang aplikasi berbasis database web.
"Tapi serangan berbasis web data base seperti SQL dan semacamnya itu tidak terlalu mengkhawatirkan. Untuk mengatasinya juga tidak sulit," kata Salman.
Untuk mengatasi cyber crime tersebut, ID-SIRTI meminta agar setiap lembaga atau instansi untuk memiliki Computer Emergency Response Team (CERT) atau Computer Security Incident Response Team (C-SIRT).
CSERT maupun C-SIRT tersebut seperti tim IT yang khusus menangani keamanan data sebuah lembaga atau institusi, terutama menjaga dari serangan hacker.
Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Gatot S Dewa Broto menjelaskan serangan hacker setiap tahun mengalami peningkatan secara signifikan. Hal itu memang seiring dari peningkatan pertumbuhan pengguna internet di tanah air dan di luar negeri.
"Di tahun lalu saja, sudah ada rata-rata 1,25 juta kali per hari. Bahkan tahun lalu situs Kominfo juga jebol hingga tiga kali," kata Gatot.
Gatot mengaku serangan hacker tersebut kebanyakan berasal dari alamat IP Amerika Serikat, Rusia, China dan sebagian kecil dari negara-negara di Eropa. Kebanyakan dari hacker tersebut berasal dari perseorangan.
0 komentar:
Post a Comment