Sinopsis film “The Martian” ternyata
bukanlah tipikal film yang ‘membakar’ secara perlahan-lahan untuk bisa diresapi
penontonnya. Hal itu dibuktikan oleh Ridley Scott dengan mengumbar adegan
bombastis yang bahkan telah muncul di menit-menit awal. Sebuah adegan dahsyat
nan mengerikan dengan intensitas tinggi yang cukup mampu untuk menggetarkan nyali
para penontonnya. Tidak ingin puas hanya dengan drama lepas landas dalam skala
yang epik tersebut, narasi kemudian mengisahkan seorang awak yang tertinggal
dan tentunya menciptakan perasaan miris. Tertinggal sendiri di sebuah planet ‘tidak
bertuan’, pastinya tidak ada hal lain selain ketakutan demi ketakutan yang
tersisa. Melihat Mark Watney hanya bisa luntang lantung di tempat yang
sepanjang mata memandang hanya ada gurun pasir merah dan perbukitan itu,
menyiratkan bahwa apa yang dialami oleh Chuck Noland (Tom Hanks) dalam “Cast Away” (2000)
masihlah belum ada apa-apanya. Tragis, penuh penderitaan, kesepian, dan
ketakutan, seolah-olah apa yang dilakoninya bakal disajikan dengan begitu
kelamnya.Sebagai kebalikannya,
“The
Martian” yang diangkat dari novel judul sama karya Andy Weir ini malah tampil
dengan ‘berwarna’ terutama lewat banyak joke
yang dilontarkan oleh Mark Watney. Melihatnya sebagai seseorang yang mengalami
kesulitan tersial yang pernah ada, ia lantas tidak diciptakan sebagai karakter
yang pasrah akan nasib namun sebaliknya ia memunculkan optimisme yang menarik.
Berbekal keahlian botani yang dikuasainya, ia bahkan bisa menciptakan sumber
pangan untuk bertahan hingga beberapa tahun ke depannya. Mungkin keambiguan
karakter Mark ini sejatinya mampu membuat sisi realitanya menjadi lemah. Namun
itu semua tidaklah menjadi masalah bila memang Ridley Scott sedari awal
menggunakan pendekatan yang lebih ringan di film ini. Pengertian ‘ringan’ itu
dapat dilihat dari bagaimana “The Martian” tidak banyak diisi oleh
dialog-dialog scientific yang
memusingkan dan mengejar nilai keakuratannya. Sebagai gantinya, ia sisipkan
lelucon-lelucon efektif lewat karakter Mark dan beberapa kali memperdengarkan
lagu-lagu disko yang asyik.Beda di bumi, beda pula di
Mars. Kembali lagi aspek humor itu banyak dihadirkan di sini lewat situasi yang
terbangun di tempat yang berbeda. Ketika pihak NASA sampai beradu debat hingga
panas terkait misi penyelamatan yang akan dilakukan untuk Mark, ia sendiri
malah asyik mengkritisi lagu-lagu disko milik Melissa yang tertinggal dalam
“Habitat”. Begitu juga ketika Melissa dan para awak yang tersisa masih
diselimuti mendung duka dalam pesawat “Hermes”.
Porsi humornya cukup banyak dan
hal itu sangat ampuh sekali sebagai penghibur dan membantu penonton untuk
melupakan sesaat penderitaan yang dialami oleh Mark. Tapi hal itu bukan berarti
mengubah total film ini menjadi komedi renyah dengan melenyapkan aspek thrill-nya. Ketegangan lewat
kejutan-kejutan tidak terduga tetap terus bermunculan. Bahkan, “The Martian”
sendiri juga pintar sekali mempermainkan emosi, terkadang tone-nya cerah lewat lelucon-lelucon yang ada, dan kadang terasa
pula sisi depresifnya ketika rencana-rencana karakter utama kita ini mengalami
kegagalan. simak selengkapnya film ini (iza-anwar.blogspot.com)
ATAU TONTON FILMNYA DIBAWAH INI
0 komentar:
Post a Comment