04:08
0

Sinopsis film “The Martian” ternyata bukanlah tipikal film yang ‘membakar’ secara perlahan-lahan untuk bisa diresapi penontonnya. Hal itu dibuktikan oleh Ridley Scott dengan mengumbar adegan bombastis yang bahkan telah muncul di menit-menit awal. Sebuah adegan dahsyat nan mengerikan dengan intensitas tinggi yang cukup mampu untuk menggetarkan nyali para penontonnya. Tidak ingin puas hanya dengan drama lepas landas dalam skala yang epik tersebut, narasi kemudian mengisahkan seorang awak yang tertinggal dan tentunya menciptakan perasaan miris. Tertinggal sendiri di sebuah planet ‘tidak bertuan’, pastinya tidak ada hal lain selain ketakutan demi ketakutan yang tersisa. Melihat Mark Watney hanya bisa luntang lantung di tempat yang sepanjang mata memandang hanya ada gurun pasir merah dan perbukitan itu, menyiratkan bahwa apa yang dialami oleh Chuck Noland (Tom Hanks) dalam “Cast Away” (2000) masihlah belum ada apa-apanya. Tragis, penuh penderitaan, kesepian, dan ketakutan, seolah-olah apa yang dilakoninya bakal disajikan dengan begitu kelamnya.Sebagai kebalikannya,
 “The Martian” yang diangkat dari novel judul sama karya Andy Weir ini malah tampil dengan ‘berwarna’ terutama lewat banyak joke yang dilontarkan oleh Mark Watney. Melihatnya sebagai seseorang yang mengalami kesulitan tersial yang pernah ada, ia lantas tidak diciptakan sebagai karakter yang pasrah akan nasib namun sebaliknya ia memunculkan optimisme yang menarik. Berbekal keahlian botani yang dikuasainya, ia bahkan bisa menciptakan sumber pangan untuk bertahan hingga beberapa tahun ke depannya. Mungkin keambiguan karakter Mark ini sejatinya mampu membuat sisi realitanya menjadi lemah. Namun itu semua tidaklah menjadi masalah bila memang Ridley Scott sedari awal menggunakan pendekatan yang lebih ringan di film ini. Pengertian ‘ringan’ itu dapat dilihat dari bagaimana “The Martian” tidak banyak diisi oleh dialog-dialog scientific yang memusingkan dan mengejar nilai keakuratannya. Sebagai gantinya, ia sisipkan lelucon-lelucon efektif lewat karakter Mark dan beberapa kali memperdengarkan lagu-lagu disko yang asyik.Beda di bumi, beda pula di Mars. Kembali lagi aspek humor itu banyak dihadirkan di sini lewat situasi yang terbangun di tempat yang berbeda. Ketika pihak NASA sampai beradu debat hingga panas terkait misi penyelamatan yang akan dilakukan untuk Mark, ia sendiri malah asyik mengkritisi lagu-lagu disko milik Melissa yang tertinggal dalam “Habitat”. Begitu juga ketika Melissa dan para awak yang tersisa masih diselimuti mendung duka dalam pesawat “Hermes”. 
Porsi humornya cukup banyak dan hal itu sangat ampuh sekali sebagai penghibur dan membantu penonton untuk melupakan sesaat penderitaan yang dialami oleh Mark. Tapi hal itu bukan berarti mengubah total film ini menjadi komedi renyah dengan melenyapkan aspek thrill-nya. Ketegangan lewat kejutan-kejutan tidak terduga tetap terus bermunculan. Bahkan, “The Martian” sendiri juga pintar sekali mempermainkan emosi, terkadang tone-nya cerah lewat lelucon-lelucon yang ada, dan kadang terasa pula sisi depresifnya ketika rencana-rencana karakter utama kita ini mengalami kegagalan. simak selengkapnya film ini (iza-anwar.blogspot.com)


ATAU TONTON FILMNYA DIBAWAH INI

0 komentar:

Post a Comment