Sebagai peringatan bagi yang suka ngebut dan nyalip ditikungan, seperti diberitakan dari sumeks.co.id, Dua mobil tabrakan di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) wilayah Desa Manggul, Kota Lahat, Kamis (9/3/17), pukul 21.30 WIB. Dalam kecelakaan itu, dua penumpang Terios BG 1297 UN meregang nyawa. Mereka, Atika (23) dan anaknya, Alika (1,2), warga Talang Kapuk, Kelurahan Pasar Lama, Kota Lahat.
Sedangkan sopir Terios, Solihin (24), yang tak lain suami Atika dan ayah Alika, kondisinya kritis. Sebaliknya, sopir dan lima penumpang mobil Panther BG 186 DZ milik Pemkab Muara Enim yang jadi lawan tabrakan Terios hanya shock dan terluka ringan.Ceritanya, malam itu Terios yang dikemudikan Solihin melaju kencang dari arah Muara Enim menuju Kota Lahat. Di bangku depan kiri, Atika memangku anak mereka, Alika. Melintasi jalan menikung ke kanan di wilayah Desa Manggul, Solihin tak mengurangi tekanan pada pedal gas. Meski saat itu jalanan licin karena guyuran hujan, mobil terus melaju dengan kecepatan tinggi.
Solihin lalu berusaha menyalip mobil di depannya. Pada saat itulah, dari arah berlawanan melaju mobil Panther BG 186 DZ milik Dinas Perkebunan Muara Enim yang dikendarai Nurkholis (36). Dalam mobil itu, dia bersama lima PNS lain yakni Venny (32), Juli Ningsih (48), Ilahiyah Afriani (49), Agnes T Lestari (30) dan Sasmita Furnama (36), semuanya warga Muara Enim.Malam itu mereka dalam perjalanan pulang ke Kota Muara Enim usai melakukan kunjungan dari Desa Segamit, Kecamatan Semende Darat Ulu (SDU). Dalam posisi yang sudah sangat dekat, Solihin dan Nurkholis sama-sama tak bisa mengelak lagi. Tabrakan pun terjadi.Suara keras tabrakan itu menarik perhatian warga sekitar. Mereka melihat Terios sempat terhempas dan terguling. “Usai tabrakan, posisi Terios terbalik,” ujar seorang warga di sana. Warga memberitahukan adanya kecelakaan itu kepada pihak kepolisian. Anggota Satlantas Polres Lahat langsung meluncur ke lokasi.
Bersama warga, dilakukanlah evakuasi. “Posisi dua korban yang meninggal duduk di depan, persis di bagian ringsek,” jelas Kasatlantas Polres Lahat, AKP Dani Prasetya SIk. Saat ditemukan, Atika terlihat tidak menggunakan safety belt. Kondisinya tidak bernyawa lagi dengan posisi memangku Alika.
Kondisi Alika dan ayahnya, Solihin kritis. Mereka dilarikan ke RSUD Lahat. Namun, takdir bicara lain. Alika pun meregang nyawa. Sedang Solihin langsung dirujuk ke rumah sakit di Palembang.
Dari hasil olah tempat kejadian perkara, diketahui kalau mobil Panther terhenti dalam posisi gigi tiga. Diperkirakan, kendaraan dinas Pemkab Banyuasin itu melaju dengan kecepatan 50 kilometer per jam. “Saat kecelakaan terjadi, mobil itu sudah sempat mengerem,” jelas AKP Dani.
Namun, karena tak bisa menghindar, sopir Panther hanya bisa “pasrah” menunggu tabrakan terjadi. Karena itu, mobil tersebut tidak terguling seperti Terios. Sopir dan lima pegawai Dinas Perkebunan selamat, hanya terluka ringan. “Masih shock dengan kecelakaan itu,” tambah Kanit Laka Polres Lahat, Ipda Amrin Prabu. Meski begitu, bodi depan mobil dinas tersebut tetap saja ringsek. Kedua mobil yang rusak parah langsung dievakuasi ke Mapolres Lahat.Terpisah, Kepala Dinas Perkebunan Muara Enim, Ir Mat Kasrun mengakui kalau mobil Panther pelat merah BG 186 DZ yang mengalami kecelakaan itu, milik lembaganya. “Itu mobil operasional,” katanya.Dijelaskan, tenaga honorer pada dinas tersebut dipercaya mengantar lima PNS lain dalam kunjungan kerja. Mereka sebelumnya memberikan pembinaan kepada warga Desa Segamit. Kunjungan berlangsung sejak pagi hingga sore.“Lokasi di SDU sangat jauh kalau lewat Semende. Jalannya juga rusak dan putus. Makanya, berputar lewat jalur Lahat,” ungkapnya. Dia tak menyangka, di jalur itulah mereka akan mengalami kecelakaan mengerikan. Dia dan kelima PNS Dinas Muara Enim yang dibawanya hanya luka ringan dan shock.
“Kabarnya, mereka sudah boleh pulang,” tutur Mat Kasrun. Sedangkan mobil dinas dalam kondisi ringsek. Wakil Bupati Muara Enim H Nurul Aman SH mengaku belum mendapat kabar terkait adanya kecelakaan mobil dinas itu.Tapi nomor polisi (nopol)-nya, BG 186 DZ, diakui Nurul, memang kendaraan milik Pemkab Muara Enim. “Nanti saya tanyakan dulu. Itu dari dinas mana,” ujar Nurul. Adanya kecelakaan kendaraan dinas juga belum diketahui Sekda Muara Enim, H Hasanudin.
Dua
mobil tabrakan di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) wilayah Desa
Manggul, Kota Lahat, Kamis (9/3), pukul 21.30 WIB. Dalam kecelakaan itu,
dua penumpang Terios BG 1297 UN meregang nyawa. Mereka, Atika (23) dan
anaknya, Alika (1,2), warga Talang Kapuk, Kelurahan Pasar Lama, Kota
Lahat.
Sedangkan sopir Terios, Solihin (24), yang tak lain suami Atika dan ayah Alika, kondisinya kritis. Sebaliknya, sopir dan lima penumpang mobil Panther BG 186 DZ milik Pemkab Muara Enim yang jadi lawan tabrakan Terios hanya shock dan terluka ringan.
Ceritanya, malam itu Terios yang dikemudikan Solihin melaju kencang dari arah Muara Enim menuju Kota Lahat. Di bangku depan kiri, Atika memangku anak mereka, Alika. Melintasi jalan menikung ke kanan di wilayah Desa Manggul, Solihin tak mengurangi tekanan pada pedal gas. Meski saat itu jalanan licin karena guyuran hujan, mobil terus melaju dengan kecepatan tinggi.
Solihin lalu berusaha menyalip mobil di depannya. Pada saat itulah, dari arah berlawanan melaju mobil Panther BG 186 DZ milik Dinas Perkebunan Muara Enim yang dikendarai Nurkholis (36). Dalam mobil itu, dia bersama lima PNS lain yakni Venny (32), Juli Ningsih (48), Ilahiyah Afriani (49), Agnes T Lestari (30) dan Sasmita Furnama (36), semuanya warga Muara Enim.
Malam itu mereka dalam perjalanan pulang ke Kota Muara Enim usai melakukan kunjungan dari Desa Segamit, Kecamatan Semende Darat Ulu (SDU). Dalam posisi yang sudah sangat dekat, Solihin dan Nurkholis sama-sama tak bisa mengelak lagi. Tabrakan pun terjadi.
Suara keras tabrakan itu menarik perhatian warga sekitar. Mereka melihat Terios sempat terhempas dan terguling. “Usai tabrakan, posisi Terios terbalik,” ujar seorang warga di sana. Warga memberitahukan adanya kecelakaan itu kepada pihak kepolisian. Anggota Satlantas Polres Lahat langsung meluncur ke lokasi.
Bersama warga, dilakukanlah evakuasi. “Posisi dua korban yang meninggal duduk di depan, persis di bagian ringsek,” jelas Kasatlantas Polres Lahat, AKP Dani Prasetya SIk. Saat ditemukan, Atika terlihat tidak menggunakan safety belt. Kondisinya tidak bernyawa lagi dengan posisi memangku Alika.
Kondisi Alika dan ayahnya, Solihin kritis. Mereka dilarikan ke RSUD Lahat. Namun, takdir bicara lain. Alika pun meregang nyawa. Sedang Solihin langsung dirujuk ke rumah sakit di Palembang.
Dari hasil olah tempat kejadian perkara, diketahui kalau mobil Panther terhenti dalam posisi gigi tiga. Diperkirakan, kendaraan dinas Pemkab Banyuasin itu melaju dengan kecepatan 50 kilometer per jam. “Saat kecelakaan terjadi, mobil itu sudah sempat mengerem,” jelas AKP Dani.
Namun, karena tak bisa menghindar, sopir Panther hanya bisa “pasrah” menunggu tabrakan terjadi. Karena itu, mobil tersebut tidak terguling seperti Terios. Sopir dan lima pegawai Dinas Perkebunan selamat, hanya terluka ringan. “Masih shock dengan kecelakaan itu,” tambah Kanit Laka Polres Lahat, Ipda Amrin Prabu. Meski begitu, bodi depan mobil dinas tersebut tetap saja ringsek. Kedua mobil yang rusak parah langsung dievakuasi ke Mapolres Lahat.
Terpisah, Kepala Dinas Perkebunan Muara Enim, Ir Mat Kasrun mengakui kalau mobil Panther pelat merah BG 186 DZ yang mengalami kecelakaan itu, milik lembaganya. “Itu mobil operasional,” katanya.
Dijelaskan, tenaga honorer pada dinas tersebut dipercaya mengantar lima PNS lain dalam kunjungan kerja. Mereka sebelumnya memberikan pembinaan kepada warga Desa Segamit. Kunjungan berlangsung sejak pagi hingga sore.
“Lokasi di SDU sangat jauh kalau lewat Semende. Jalannya juga rusak dan putus. Makanya, berputar lewat jalur Lahat,” ungkapnya. Dia tak menyangka, di jalur itulah mereka akan mengalami kecelakaan mengerikan. Dia dan kelima PNS Dinas Muara Enim yang dibawanya hanya luka ringan dan shock.
“Kabarnya, mereka sudah boleh pulang,” tutur Mat Kasrun. Sedangkan mobil dinas dalam kondisi ringsek. Wakil Bupati Muara Enim H Nurul Aman SH mengaku belum mendapat kabar terkait adanya kecelakaan mobil dinas itu.
Tapi nomor polisi (nopol)-nya, BG 186 DZ, diakui Nurul, memang kendaraan milik Pemkab Muara Enim. “Nanti saya tanyakan dulu. Itu dari dinas mana,” ujar Nurul. Adanya kecelakaan kendaraan dinas juga belum diketahui Sekda Muara Enim, H Hasanudin. - See more at: http://www.sumeks.co.id/index.php/sumeks/30667-atika-tewas-masih-pangku-anak#sthash.01eo3AVE.dpuf
Sedangkan sopir Terios, Solihin (24), yang tak lain suami Atika dan ayah Alika, kondisinya kritis. Sebaliknya, sopir dan lima penumpang mobil Panther BG 186 DZ milik Pemkab Muara Enim yang jadi lawan tabrakan Terios hanya shock dan terluka ringan.
Ceritanya, malam itu Terios yang dikemudikan Solihin melaju kencang dari arah Muara Enim menuju Kota Lahat. Di bangku depan kiri, Atika memangku anak mereka, Alika. Melintasi jalan menikung ke kanan di wilayah Desa Manggul, Solihin tak mengurangi tekanan pada pedal gas. Meski saat itu jalanan licin karena guyuran hujan, mobil terus melaju dengan kecepatan tinggi.
Solihin lalu berusaha menyalip mobil di depannya. Pada saat itulah, dari arah berlawanan melaju mobil Panther BG 186 DZ milik Dinas Perkebunan Muara Enim yang dikendarai Nurkholis (36). Dalam mobil itu, dia bersama lima PNS lain yakni Venny (32), Juli Ningsih (48), Ilahiyah Afriani (49), Agnes T Lestari (30) dan Sasmita Furnama (36), semuanya warga Muara Enim.
Malam itu mereka dalam perjalanan pulang ke Kota Muara Enim usai melakukan kunjungan dari Desa Segamit, Kecamatan Semende Darat Ulu (SDU). Dalam posisi yang sudah sangat dekat, Solihin dan Nurkholis sama-sama tak bisa mengelak lagi. Tabrakan pun terjadi.
Suara keras tabrakan itu menarik perhatian warga sekitar. Mereka melihat Terios sempat terhempas dan terguling. “Usai tabrakan, posisi Terios terbalik,” ujar seorang warga di sana. Warga memberitahukan adanya kecelakaan itu kepada pihak kepolisian. Anggota Satlantas Polres Lahat langsung meluncur ke lokasi.
Bersama warga, dilakukanlah evakuasi. “Posisi dua korban yang meninggal duduk di depan, persis di bagian ringsek,” jelas Kasatlantas Polres Lahat, AKP Dani Prasetya SIk. Saat ditemukan, Atika terlihat tidak menggunakan safety belt. Kondisinya tidak bernyawa lagi dengan posisi memangku Alika.
Kondisi Alika dan ayahnya, Solihin kritis. Mereka dilarikan ke RSUD Lahat. Namun, takdir bicara lain. Alika pun meregang nyawa. Sedang Solihin langsung dirujuk ke rumah sakit di Palembang.
Dari hasil olah tempat kejadian perkara, diketahui kalau mobil Panther terhenti dalam posisi gigi tiga. Diperkirakan, kendaraan dinas Pemkab Banyuasin itu melaju dengan kecepatan 50 kilometer per jam. “Saat kecelakaan terjadi, mobil itu sudah sempat mengerem,” jelas AKP Dani.
Namun, karena tak bisa menghindar, sopir Panther hanya bisa “pasrah” menunggu tabrakan terjadi. Karena itu, mobil tersebut tidak terguling seperti Terios. Sopir dan lima pegawai Dinas Perkebunan selamat, hanya terluka ringan. “Masih shock dengan kecelakaan itu,” tambah Kanit Laka Polres Lahat, Ipda Amrin Prabu. Meski begitu, bodi depan mobil dinas tersebut tetap saja ringsek. Kedua mobil yang rusak parah langsung dievakuasi ke Mapolres Lahat.
Terpisah, Kepala Dinas Perkebunan Muara Enim, Ir Mat Kasrun mengakui kalau mobil Panther pelat merah BG 186 DZ yang mengalami kecelakaan itu, milik lembaganya. “Itu mobil operasional,” katanya.
Dijelaskan, tenaga honorer pada dinas tersebut dipercaya mengantar lima PNS lain dalam kunjungan kerja. Mereka sebelumnya memberikan pembinaan kepada warga Desa Segamit. Kunjungan berlangsung sejak pagi hingga sore.
“Lokasi di SDU sangat jauh kalau lewat Semende. Jalannya juga rusak dan putus. Makanya, berputar lewat jalur Lahat,” ungkapnya. Dia tak menyangka, di jalur itulah mereka akan mengalami kecelakaan mengerikan. Dia dan kelima PNS Dinas Muara Enim yang dibawanya hanya luka ringan dan shock.
“Kabarnya, mereka sudah boleh pulang,” tutur Mat Kasrun. Sedangkan mobil dinas dalam kondisi ringsek. Wakil Bupati Muara Enim H Nurul Aman SH mengaku belum mendapat kabar terkait adanya kecelakaan mobil dinas itu.
Tapi nomor polisi (nopol)-nya, BG 186 DZ, diakui Nurul, memang kendaraan milik Pemkab Muara Enim. “Nanti saya tanyakan dulu. Itu dari dinas mana,” ujar Nurul. Adanya kecelakaan kendaraan dinas juga belum diketahui Sekda Muara Enim, H Hasanudin. - See more at: http://www.sumeks.co.id/index.php/sumeks/30667-atika-tewas-masih-pangku-anak#sthash.01eo3AVE.dpuf
Dua
mobil tabrakan di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) wilayah Desa
Manggul, Kota Lahat, Kamis (9/3), pukul 21.30 WIB. Dalam kecelakaan itu,
dua penumpang Terios BG 1297 UN meregang nyawa. Mereka, Atika (23) dan
anaknya, Alika (1,2), warga Talang Kapuk, Kelurahan Pasar Lama, Kota
Lahat.
Sedangkan sopir Terios, Solihin (24), yang tak lain suami Atika dan ayah Alika, kondisinya kritis. Sebaliknya, sopir dan lima penumpang mobil Panther BG 186 DZ milik Pemkab Muara Enim yang jadi lawan tabrakan Terios hanya shock dan terluka ringan.
Ceritanya, malam itu Terios yang dikemudikan Solihin melaju kencang dari arah Muara Enim menuju Kota Lahat. Di bangku depan kiri, Atika memangku anak mereka, Alika. Melintasi jalan menikung ke kanan di wilayah Desa Manggul, Solihin tak mengurangi tekanan pada pedal gas. Meski saat itu jalanan licin karena guyuran hujan, mobil terus melaju dengan kecepatan tinggi.
Solihin lalu berusaha menyalip mobil di depannya. Pada saat itulah, dari arah berlawanan melaju mobil Panther BG 186 DZ milik Dinas Perkebunan Muara Enim yang dikendarai Nurkholis (36). Dalam mobil itu, dia bersama lima PNS lain yakni Venny (32), Juli Ningsih (48), Ilahiyah Afriani (49), Agnes T Lestari (30) dan Sasmita Furnama (36), semuanya warga Muara Enim.
Malam itu mereka dalam perjalanan pulang ke Kota Muara Enim usai melakukan kunjungan dari Desa Segamit, Kecamatan Semende Darat Ulu (SDU). Dalam posisi yang sudah sangat dekat, Solihin dan Nurkholis sama-sama tak bisa mengelak lagi. Tabrakan pun terjadi.
Suara keras tabrakan itu menarik perhatian warga sekitar. Mereka melihat Terios sempat terhempas dan terguling. “Usai tabrakan, posisi Terios terbalik,” ujar seorang warga di sana. Warga memberitahukan adanya kecelakaan itu kepada pihak kepolisian. Anggota Satlantas Polres Lahat langsung meluncur ke lokasi.
Bersama warga, dilakukanlah evakuasi. “Posisi dua korban yang meninggal duduk di depan, persis di bagian ringsek,” jelas Kasatlantas Polres Lahat, AKP Dani Prasetya SIk. Saat ditemukan, Atika terlihat tidak menggunakan safety belt. Kondisinya tidak bernyawa lagi dengan posisi memangku Alika.
Kondisi Alika dan ayahnya, Solihin kritis. Mereka dilarikan ke RSUD Lahat. Namun, takdir bicara lain. Alika pun meregang nyawa. Sedang Solihin langsung dirujuk ke rumah sakit di Palembang.
Dari hasil olah tempat kejadian perkara, diketahui kalau mobil Panther terhenti dalam posisi gigi tiga. Diperkirakan, kendaraan dinas Pemkab Banyuasin itu melaju dengan kecepatan 50 kilometer per jam. “Saat kecelakaan terjadi, mobil itu sudah sempat mengerem,” jelas AKP Dani.
Namun, karena tak bisa menghindar, sopir Panther hanya bisa “pasrah” menunggu tabrakan terjadi. Karena itu, mobil tersebut tidak terguling seperti Terios. Sopir dan lima pegawai Dinas Perkebunan selamat, hanya terluka ringan. “Masih shock dengan kecelakaan itu,” tambah Kanit Laka Polres Lahat, Ipda Amrin Prabu. Meski begitu, bodi depan mobil dinas tersebut tetap saja ringsek. Kedua mobil yang rusak parah langsung dievakuasi ke Mapolres Lahat.
Terpisah, Kepala Dinas Perkebunan Muara Enim, Ir Mat Kasrun mengakui kalau mobil Panther pelat merah BG 186 DZ yang mengalami kecelakaan itu, milik lembaganya. “Itu mobil operasional,” katanya.
Dijelaskan, tenaga honorer pada dinas tersebut dipercaya mengantar lima PNS lain dalam kunjungan kerja. Mereka sebelumnya memberikan pembinaan kepada warga Desa Segamit. Kunjungan berlangsung sejak pagi hingga sore.
“Lokasi di SDU sangat jauh kalau lewat Semende. Jalannya juga rusak dan putus. Makanya, berputar lewat jalur Lahat,” ungkapnya. Dia tak menyangka, di jalur itulah mereka akan mengalami kecelakaan mengerikan. Dia dan kelima PNS Dinas Muara Enim yang dibawanya hanya luka ringan dan shock.
“Kabarnya, mereka sudah boleh pulang,” tutur Mat Kasrun. Sedangkan mobil dinas dalam kondisi ringsek. Wakil Bupati Muara Enim H Nurul Aman SH mengaku belum mendapat kabar terkait adanya kecelakaan mobil dinas itu.
Tapi nomor polisi (nopol)-nya, BG 186 DZ, diakui Nurul, memang kendaraan milik Pemkab Muara Enim. “Nanti saya tanyakan dulu. Itu dari dinas mana,” ujar Nurul. Adanya kecelakaan kendaraan dinas juga belum diketahui Sekda Muara Enim, H Hasanudin. - See more at: http://www.sumeks.co.id/index.php/sumeks/30667-atika-tewas-masih-pangku-anak#sthash.01eo3AVE.dpuf
Sedangkan sopir Terios, Solihin (24), yang tak lain suami Atika dan ayah Alika, kondisinya kritis. Sebaliknya, sopir dan lima penumpang mobil Panther BG 186 DZ milik Pemkab Muara Enim yang jadi lawan tabrakan Terios hanya shock dan terluka ringan.
Ceritanya, malam itu Terios yang dikemudikan Solihin melaju kencang dari arah Muara Enim menuju Kota Lahat. Di bangku depan kiri, Atika memangku anak mereka, Alika. Melintasi jalan menikung ke kanan di wilayah Desa Manggul, Solihin tak mengurangi tekanan pada pedal gas. Meski saat itu jalanan licin karena guyuran hujan, mobil terus melaju dengan kecepatan tinggi.
Solihin lalu berusaha menyalip mobil di depannya. Pada saat itulah, dari arah berlawanan melaju mobil Panther BG 186 DZ milik Dinas Perkebunan Muara Enim yang dikendarai Nurkholis (36). Dalam mobil itu, dia bersama lima PNS lain yakni Venny (32), Juli Ningsih (48), Ilahiyah Afriani (49), Agnes T Lestari (30) dan Sasmita Furnama (36), semuanya warga Muara Enim.
Malam itu mereka dalam perjalanan pulang ke Kota Muara Enim usai melakukan kunjungan dari Desa Segamit, Kecamatan Semende Darat Ulu (SDU). Dalam posisi yang sudah sangat dekat, Solihin dan Nurkholis sama-sama tak bisa mengelak lagi. Tabrakan pun terjadi.
Suara keras tabrakan itu menarik perhatian warga sekitar. Mereka melihat Terios sempat terhempas dan terguling. “Usai tabrakan, posisi Terios terbalik,” ujar seorang warga di sana. Warga memberitahukan adanya kecelakaan itu kepada pihak kepolisian. Anggota Satlantas Polres Lahat langsung meluncur ke lokasi.
Bersama warga, dilakukanlah evakuasi. “Posisi dua korban yang meninggal duduk di depan, persis di bagian ringsek,” jelas Kasatlantas Polres Lahat, AKP Dani Prasetya SIk. Saat ditemukan, Atika terlihat tidak menggunakan safety belt. Kondisinya tidak bernyawa lagi dengan posisi memangku Alika.
Kondisi Alika dan ayahnya, Solihin kritis. Mereka dilarikan ke RSUD Lahat. Namun, takdir bicara lain. Alika pun meregang nyawa. Sedang Solihin langsung dirujuk ke rumah sakit di Palembang.
Dari hasil olah tempat kejadian perkara, diketahui kalau mobil Panther terhenti dalam posisi gigi tiga. Diperkirakan, kendaraan dinas Pemkab Banyuasin itu melaju dengan kecepatan 50 kilometer per jam. “Saat kecelakaan terjadi, mobil itu sudah sempat mengerem,” jelas AKP Dani.
Namun, karena tak bisa menghindar, sopir Panther hanya bisa “pasrah” menunggu tabrakan terjadi. Karena itu, mobil tersebut tidak terguling seperti Terios. Sopir dan lima pegawai Dinas Perkebunan selamat, hanya terluka ringan. “Masih shock dengan kecelakaan itu,” tambah Kanit Laka Polres Lahat, Ipda Amrin Prabu. Meski begitu, bodi depan mobil dinas tersebut tetap saja ringsek. Kedua mobil yang rusak parah langsung dievakuasi ke Mapolres Lahat.
Terpisah, Kepala Dinas Perkebunan Muara Enim, Ir Mat Kasrun mengakui kalau mobil Panther pelat merah BG 186 DZ yang mengalami kecelakaan itu, milik lembaganya. “Itu mobil operasional,” katanya.
Dijelaskan, tenaga honorer pada dinas tersebut dipercaya mengantar lima PNS lain dalam kunjungan kerja. Mereka sebelumnya memberikan pembinaan kepada warga Desa Segamit. Kunjungan berlangsung sejak pagi hingga sore.
“Lokasi di SDU sangat jauh kalau lewat Semende. Jalannya juga rusak dan putus. Makanya, berputar lewat jalur Lahat,” ungkapnya. Dia tak menyangka, di jalur itulah mereka akan mengalami kecelakaan mengerikan. Dia dan kelima PNS Dinas Muara Enim yang dibawanya hanya luka ringan dan shock.
“Kabarnya, mereka sudah boleh pulang,” tutur Mat Kasrun. Sedangkan mobil dinas dalam kondisi ringsek. Wakil Bupati Muara Enim H Nurul Aman SH mengaku belum mendapat kabar terkait adanya kecelakaan mobil dinas itu.
Tapi nomor polisi (nopol)-nya, BG 186 DZ, diakui Nurul, memang kendaraan milik Pemkab Muara Enim. “Nanti saya tanyakan dulu. Itu dari dinas mana,” ujar Nurul. Adanya kecelakaan kendaraan dinas juga belum diketahui Sekda Muara Enim, H Hasanudin. - See more at: http://www.sumeks.co.id/index.php/sumeks/30667-atika-tewas-masih-pangku-anak#sthash.01eo3AVE.dpuf
0 komentar:
Post a Comment