ihwan sedang mengatur lalu lintas, nampaknya dipotret pake hape cina ya gan hehehe... |
Seperti dilaporkan dari poskotanews.com, seorang yang menjaga perlintasan sebidang atau perlintasan kereta api tanpa palang pintu, diperlukan kesabaran dan kewaspadaan. Seringkali pengendara yang tidak sabaran justru marah dan mencaci maki saat diminta berhenti. Padahal ini demi keselamatan mereka.
“Ya biasa, kalau ada pengendara yang marah dan ngomel, karena tidak sabar menunggu,” kata Ikwan, 21, penjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu di Klingkit, Rawa Buaya, Jakarta Barat, kemarin.
Ikwan, menjaga perlintasan KA tanpa pintu secara sukarela. Pekerjaan ini telah dilakukan selama bertahun-tahun bersama teman-temannya. Niatnya hanya ingin membantu para pengendara agar terhindar dari kecelakaan. Meski kenyang diomeli, dia tetap sabar.
“Saya melakukan ini bersama teman-teman tanpa pamrih, niatnya hanya menolong dan membantu,” ucapnya saat ditemui tengah berjaga.Menurut Ikwan, saat bertugas mulutnya harus bawel, karena sering kali pengendara mobil atau motor maunya buru-buru. Padahal kereta sudah dekat. “Saya terkadang kesal melihat tingkah laku pengendara mobil atau motor yang maunya buru-buru. Padahal di sini rawan kecelakaan,” katanya.Mereka seolah-olah tidak mau memandang kami yang niatnya hanya ingin menolong dan membantu. Sehingga meski sudah diperingatkan tetap saja menyerobot. “Terhadap mereka yang bandel ya, saya biarkan saja toh kalau terjadi apa-apa ditanggung sendiri,” ucapnya.
Di lokasi tersebut sering terjadi kecelakaan. Belum lama ini di lokasi tersebut terjadi kecelakaan sebuah mobil tertabrak kereta api yang lewat. Mobil tertabrak dan terpental masuk Kali Cengkareng Drain dan dua penumpangnya mengalami luka-luka.
SHIFT BERGANTIAN
Ikwan, menjaga perlintasan kereta api bersama delapan temannya. Mereka bertugas secara bergantian sesuai dengan waktunya yaitu satu jam kerja tapi ada yang dua jam. Waktunya dari pukul 05.00 hingga 24.00. Mereka tidak mendapatkan upah atau honor dari pihak manapun, karena sukarela.“Alhamdulillah, masih banyak pengendara yang lewat pengertian. Mereka memberikan sedikit uang sebagai ucapan terima kasih,” ujar Ikwan yang masih bujangan.Dirinya dan teman lainnya tidak mewajibkan yang melintas harus memberi uang. Semua tergantung dari perhatian dari mereka. “Kalau kasih uang kami terima, tidak ya gak apa-apa. Pokoknya kami niatnya membantu,” katanya.Penghasilan dari menjaga perlintasan kereta, tidak menentu. Hal ini tergantung pada hari baik dan sepi serta ramainya pengendara yang melintas. “Kalau lagi pas hari baik dan rezeki, dalam satu jam bisa bawa pulang uang Rp 120 ribu, tapi kalau lagi sepi ya berkisar Rp 50 ribu hingga Rp 70 ribu,” ucap Ikwan.
Dari penghasilannya tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan juga membantu untuk mengontrak rumah.Ikwan mengaku meski sering dapat omelan dan cacian, namun dirinya tidak marah, termasuk kalau ada pengendara yang tidak memberi uang. Semua merupakan resiko dari tugasnya yang dilakukan secara sukarela.Dia hanya berharap agar pengendara bersabar dan mau mendengarkan saat diberitahu. “Bagi kami, kalau para pengendara mau sabar dan mau mendengar peringatan saat ada kereta lewat, sudah merupakan satu kebahagiaan. Karena bisa menghindari terjadinya kecelakaan,” jelasnya.
0 komentar:
Post a Comment