01:41
0

Sebagaimana diberitakan oleh jawapos, Ruas Jalan Raya Taman hingga Balongbendo tidak kunjung berubah. Penuh lubang dan gelombang. Kecelakaan terjadi silih berganti. Untuk mengatasinya, ’’sementara’’ dipasang rambu imbauan berhati-hati. Tidak langsung memperbaiki jalannya.jumat siang (20/1/17) Jawa Pos menyusuri jalur tengkorak itu. Sekitar pukul 10.00 bus antarprovinsi, truk tronton, mobil pengangkut barang, sepeda motor, hingga betor (becak motor, Red) hilir mudik di depan pos polisi Geluran di Jalan Raya Taman.
Di atas jalan berlubang itu, kendaraan-kendaraan melaju kencang. Bila ditaksir, kendaraan besar tersebut melaju dengan kecepatan di atas 60 kilometer per jam. Para pengemudi tidak memedulikan sekitar 55 lubang berdiameter 5–10 sentimeter yang tersebar hingga Jalan Raya Trosobo.

Setelah melewati jembatan layang, lubang-lubang semakin menjamur. Tembelan jalan pun kian terasa di sana sini. Bunyi entakan ban yang melindas lubang kerap terdengar. Pengendara mobil kerap bermanuver menghindari lubang. Beberapa juga langsung mengurangi kecepatan saat harus melindas jeglongan.
Sementara itu, pengemudi motor harus zig-zag. Selain menghindari bolong-bolong, memang sulit bermotor di jalan bergelombang. Tinggi jalan antara yang satu dan yang lain tidak sama. Setidaknya terdapat 32 lubang yang bertebaran di sekitar PT Aneka Coffe. Lebar dan kedalamannya bervariasi.

Lubang kembali bertebaran saat melewati Bypass Krian, tepatnya di depan pergudangan Kiat Ananda Cold Storage. Sedikitnya ada 15 lubang yang menganga dan banyak terdapat di sisi kiri jalan. Yang terparah, lubang sedalam 20 sentimeter. Letaknya 10 meter ke barat dari pintu masuk pergudangan itu.
Pengendara roda dua yang awam dengan lajur tersebut umumnya menghindar secara mendadak untuk menghindari lubang. Jawa Pos salah satunya. Manuver tersebut begitu membahayakan pengendara lain dan kerap memicu kecelakaan tunggal. Selain menghindari lubang, pengendara sepeda motor harus berhati-hati dengan kendaraan di belakangnya. Truk tronton dan bus lintas provinsi kerap membunyikan klakson jika kendaraan di depannya berjalan lamban.

Pada 25 Desember 2016 seorang pria asal Mojokerto harus kehilangan nyawa di kawasan tersebut. Dia tidak berhasil mengelak dari beberapa lubang yang dalam. Dia kemudian terpelanting ke bahu jalan dengan kepala membentur aspal. Saat itu juga dia tidak sadarkan diri dan kehilangan nyawa. Kejadian tersebut tepat berada di depan Satria Eco Park. Sekitar 1 kilometer ke arah barat dari Ananda Cold Storage.
Aji Fuadi, warga Desa Balongbendo, Kecamatan Balongbendo, Sidoarjo, merasakan bahwa sepanjang Bypass Krian menuju Jalan Mayjen Bambang Yuwono, tepatnya di depan Polsek Balongbendo, merupakan kawasan rawan laka. Baik laka tunggal maupun laka yang mengikutsertakan beberapa pengendara. Hal itu terjadi karena banyak pengendara di kawasan Bypass Krian yang kerap memacu gasnya dalam-dalam, kemudian mendadak melambankan kendaraannya untuk menghindari lubang. Beberapa kecelakaan lain terjadi ketika satu sama lain hendak menyalip.

Jalan Mayjen Bambang Yuwono sejatinya penuh lubang. Setidaknya ada 15 lubang di kawasan itu. Namun, kecelakaan relatif jarang. ’’Mungkin karena ada pembatasnya di tengah jalan,’’ kata Aji.
Selepas melewati PJR Balongbendo, lubang-lubang semakin sering ditemui. Selain itu, jalanan kian menyempit. Dari 14 meter menjadi sekitar 8–10 meter. Kawasan itu juga tidak punya pembatas jalan. Padahal, banyak kelokan. Tanda bahaya dan rawan kecelakaan terpasang di kanan dan kiri jalan. Di kawasan itulah kecelakaan kerap terjadi dibandingkan lajur lainnya yang membentang di kawasan Taman menuju Balongbendo.Berdasar data di Unit Lantas Mapolsek Balongbendo, setidaknya ada lebih dari dua kecelakaan maut yang berujung hilangnya nyawa. Pertama, kecelakaan tunggal pengendara motor pada Desember 2016. Berikutnya terjadi pada 15 Januari. Toyota Avanza abu-abu bertabrakan dengan Isuzu Panther yang melaju dari arah sebaliknya setelah gagal menyalip truk tronton. Sementara itu, lebih dari 12 sisanya kecelakaan ringan.

Semakin menuju ke barat, tepatnya di Jalan Raya Surabaya–Mojokerto, lubang-lubang semakin banyak dijumpai, tetapi tidak sedalam lubang di jalan sebelumnya. Ada sekitar 10 lubang dengan lebar 10 sentimeter dan kedalaman sekitar 3 sentimeter. Meski demikian, slogan untuk berhati-hati di jalan semakin marak dijumpai. Mulai dari poster kain yang menempel di batang pepohonan hingga rambu-rambu jalan.
Sepanjang perjalanan tersebut, Jawa Pos menghitung tidak kurang dari 127 lubang di jalan. Itu yang benar-benar lubang. Yang besar dan yang dalam. Yang kecil-kecil tidak dihitung.

Anggap saja bonus.
Kepala BBPJN VIII I Ketut Darma Wahana menjelaskan bahwa jalan sepanjang 25 kilometer yang menjulur dari Taman hingga Balongbendo tersebut dikelola secara long segment sejak 2016. Yakni, metode penunjukan rekanan untuk merawat sejumlah ruas jalan. BBPJN akan menunjuk rekanan yang bertanggung jawab atas sejumlah ruas jalan dengan masa kontrak setahun penuh. ’’Nah, saat ini masih proses pemilihan rekanan periode 2017. Mungkin Februari selesai,’’ jelasnya.Pihaknya telah menyiapkan Rp 39,6 miliar sebagai biaya perawatan di jalan itu. Meski pengelolaan dan perawatannya diserahkan pada rekanan, dia menegaskan bahwa pihaknya tidak akan lengah memantau kondisi jalur Taman–Balongbendo. (Jawapos)

0 komentar:

Post a Comment